Jumat, 07 November 2014

PARAGRAF

P
aragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentu satu kesatuan pikiran. Terdapat tiga persyaratan agar menjadi padu, yaitu kepaduan, keatuan dan kelengkapan. Apabila sebuah paragraf deskriptif atau naratif, secara lahiriah unsur paragraph itu berupa :
  •       Kalimat topic atau kalimat utama;
  •       Kalimat pengembang atau kalimat utama;
  •       Kalimat penegas;
  •       Kalimat, klausa, prosa dan, penghubung.

Dalam sebuah karangan yang utuh, fungsi utama paragraph yaitu :
  •  Untuk menandai pembukaan awal ide/gagasan baru,
  • Sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide seelumnya, atau
  • Sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebuh dahulu.

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
1.      Kesatuan
      Tiap  paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di  dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.

2.      Kepaduan
      Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.

3.      Kelengkapan
      Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk  menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
 Contoh :
 Suku Dayak tidaktermasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih atau bersengketa.
 Paragraf di atas merupakan contoh paragraf yang hanya diperluas dengan pengulangan.

MENGEMBANGKAN PARAGRAF
Salah satu cara berlatih mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka paragraph dahulu sebelum menulis paragraf itu.
Contoh :
Kerangka paragraf
Pikiran utama : Keindahan alam di Tawangmangu makin surut
Pikiran penjelas :
1.      manusia telah mengubah segala-galanya
2.      hutan, sawah, dan ladang tergusur
3.      pohon-pohon tidak ada lagi
4.      pagar bunga sudah diganti
5.      gedung-gedung mewah dibangun

Pengembangan paragraph :
Bernostalgia tentang indahnya alam di Tawangmangu hanya akan menimbulkan kekecewaan saja. Dalam kurun waktu 25 tahun, dinamika kehidupan manusia telah mengubah segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang telah tergusur oleh berbagai bentuk bangunan. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji besi. Pagar tanaman dan bunga yang dulu bermekaran dengan indahnya telah diterjang tembok beton yang kokoh. Batu-batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah yang menelan biaya triliunan rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan kemesraan dan indahnya alam ini.


Berdasarkan Pola Pengembangan Pargraf.
1.      Induksi
Induksi adalah proses berpikir yang dimulai dari satu atau beberapa fakta-fakta individual atau fenomena-fenomena khusus untuk ditarik sebuah simpulan (inferensi). Penalaran induksi sering disebut sebagai corak berfikir ilmiah karena sebelum menemukan simpulan, fakta individual dan fenomena khusus tersebut harus diteliti, dicermati, dan dievaluasi lebih dahulu. Paragraf yang dimulai dengan gejala khusus dan diakhiri dengan simpulan disebut paragraf induksi dan kadang-kadang disebut juga paragraf khusus umum.
Contoh :        
Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Sumber minyak bumi kita terbatas, sedangkan kebutuhan kita akan minyak bumi terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri. Jika terus menerus dikuras, sumber energi tersebur akan habis. Kita tidak dapat memperbaikinya lagi. Untuk menghindari terjadinya krisis energi, sudah saatnya kita perlu  mencari sumber energi alternatif.

2.      Generalisasi
Generalisasi merupakan salah satu bentuk penalaran induktif, yakni proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan satu simpulan (inferensi) yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Kata sejumlah fenomena harus mendapatkan tekanan. Berdasarkan fakta-fakta khusus tersebut ditariklah simpulan umum, yang tidak hanya berlaku bagi fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang telah disebutkan, tetapi simpulan itu juga berlaku bagi fenomena-fenomena lain yang sejenis. Jadi, paragraf generalisasi juga berbentuk khusus umum sebagaimana paragraf  induksi.
Contoh :        
Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan air. Ikan adalah hewan yang hidup dengan mengandalkan air. Padi adalah tanaman sawah yang tidak dapat hidup tanpa air. Jadi semua makhluk hidup memerlukan air.
Dari contoh d iatas jelas bahwa generalisasi merupakan salah satu bentuk penalaran induksi. Manusia merupakan fakta yang mewakili spesies makhluk hidup tertentu, ikan salah satu data yang mewakili kelompok hewan, dan padi merupakan fenomena individual sebagai sampel tumbuh-tumbuhan. Berangkat dari sinilah simpulan diambil yang berlaku bagi semua jenis makhluk  hidup di luar data yang disebutkan.
Sebagai variasi, kadang-kadang penulis menempatkan gagasan umum pada awal paragraf diikuti dengan rinciannya, dan pada akhir paragraf simpulan itu diulang, walaupun tidak selalu persis. Bentuk inilah yang dikenal dengan istilah paragraf deduksi-induksi atau paragraf campuran.

3.      Analogi
Penalaran analogi dibedakan menjadi dua, yakni analogi induktif dan analogi deduktif. Analogi induktif adalah penalaran yang bertolak dari suatu kesamaan aktual antara dua hal, untuk diturunkan sebuah simpulan. Dengan kata lain, analogi induktif adalah pengambilan simpulan berdasarkan pengalaman. Karena kedua hal tersebut mempunyai kemiripan dalam hal-hal yang penting, mereka disimpulkan akan sama pula dalam aspek-aspek  lain yang kurang penting.
Contoh :
Dalam menguraikan idenya penulis sering memerlukan contoh agar jelas bagi pembaca. Gagasan-gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi yang konkret berupa contoh-contoh. Perlu ditekankan di sini, bahwa contoh dalam paragraf ini tidak berfungsi sebagai argumen atau bertujuan ingin membuktikan pendapat penulis seperti dalam tulisan argumentasi, tetapi sekedar alat untuk memperjelas maksud penulis. Biasanya pengalaman-pengalaman pribadi penulis merupakan bahan yang efektif untuk dijadikan contoh dalam paragraf.

4.      Sebab-Akibat
Hubungan kausal seringkali diterjemahkan dengan istilah hubungan sebab-akibat, tanpa membedakan apakah sebab mendahului akibat atau sebaliknya. Tetapi kadang-kadang dalam berbagai soal ujian dibedakan menjadi beberapa pola, yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, akibat ke akibat.
Sebab akibat merupakan penalaran yang dimulai dengan sebab yang bergerak menuju akibat sebagai simpulannya. Ada  sebab tunggal dengan akibat tunggal, sebab tunggal dengan akibat ganda, ada sebab ganda dengan akibat tunggal, dan sebab ganda dengan akibat ganda pula, bahkan ada pula sebab akibat berantai.
Contoh :
Pemerintah berketetapan menaikkan harga BBM. Kenaikan ini membuat biaya angkutan meningkat karena pengusaha angkutan tentu tidak ingin rugi. Tidak pelak lagi semua harga kebutuhan pokok merangkak naik. Akibatnya rakyat kecillah yang paling menderita.
Paragraf di atas merupakan contoh hubungan sebab akibat berantai. Jika dibuat skema akan menjadi sebab—akibat 1 (sebab 2)—akibat 2 (sebab 3)—akibat.
Akibat-sebab adalah pola penalaran yang menempatkan akibat pada awal kemudian bergerak ke sebab yang menimbulkan akibat dalam pernyataan awal tadi. Sebagaimana hubungan sebab akibat, terdapat hubungan akibat tunggal dengan sebab tunggal, akibat tunggal dengan sebab ganda, akibat ganda dengan sebab tunggal, akibat ganda dengan sebab ganda, dan ada pula akibat sebab berantai,
Contoh :        
Ia memang pantas mendapatkan prestasi sangat memuaskan. Ia begitu tekun belajar. Di kelas dia begitu antusias dalam mengikuti pelajaran. Tidak pernah dia melalaikan tugas-tugas sekolah. Waktu-waktu luang pun selalu ia pergunakan untuk membaca referensi di perpustakaan.
Paragraf di atas merupakan contoh penalaran dengan akibat tunggal dan sebab ganda.
Akibat-akibat adalah pola penalaran yang mengambil simpulan berdasarkan fakta yang sudah merupakan akibat tanpa melihat apa penyebabnya.
Contoh :        
Sepulang dari pasar di kota, ibu terkejut melihat jalan menuju ke rumah becek dan berlumpur. Saluran di tepi gang itu penuh dan meluap. “Waduh gawat, kalau begitu jemuranku pasti basah semua”, pikir ibu.

5.      Deduksi
Penalaran deduksi merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Dalam deduksi orang menempatkan simpulan umum pada awal paragraf kemudian diikuti dengan proposisi baru terhadap fenomena khusus berdasarkan kesamaan sifat atau keadaan seperti yang terjadi pada simpulan umum tadi. Acapkali paragraf deduksi juga disebut paragraf spesialisasi sebagai lawan dari istilah generalisasi.
Contoh :        
Kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan harus dimiliki oleh penduduk bumi dimana pun berada. Negara-negara “ utara” yang telah begitu banyak menyita keramahan lingkungan karena teknologinya harus mengendalikan diri. Di “selatan” manusia tidak boleh sesukanya sendiri mengeksploitasi alam untuk mengejar kebutuhannya. Kesepakatan-kesepakatan internasional yang telah kita buat semestinya menjadi panduan semua pihak, bukan hanya di negara-negara berkembang tetapi lebih-lebih bagi negara maju yang konon menjadi barometer dan panutan.

6.      Urutan
Pola urutan biasanya terjadi karena hubungan alamiah. Objek yang ingin disajikan penulis secara alamiah menuntut penyajian dalam bentuk urutan. Di samping itu, pola urutan juga bisa disebabkan oleh tuntutan logis antarobjeknya. Kita mengenal ada paragraf  kronologis, sudut pandangan, klimaks dan antiklimaks, dan proses.
a. Kronologis 
Paragraf kronologis dikembangkan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Pengembangan paragraf ini cocok untuk jenis narasi atau deskripsi.
Contoh :        
Pukul lima pagi terdengar ledakan keras dari arah kota. Kurang lebih sepuluh menit kemudian terdengar ledakan yang kedua. Kali ini suaranya lebih dahsyat. Mungkin tempatnya lebih dekat dengan kampungku. Tidak lama kemudian disusul rentetan tembakan dan ledakan dari berbagai arah. Sebelum matahari terbit orang-orang sudah berlarian menyelamatkan diri dengan jerit dan teriakan yang memilukan di sela-sela desingan peluru dan dentuman meriam. Aku sudah tidak ingat lagi persisnya pukul berapa karena aku turut larut dalam hiruk pikuk itu.

b.      Sudut pandangan
Istilah sudut pandangan ini sebenarnya agak membingungkan. Dalam unsur intrinsik sastra kita mengenal istilah ini bersinonim dengan point of view atau cara bercerita. Di sini sudut pandangan diartikan sebagai tempat atau posisi yang dipilih penulis untuk menggambarkan objek dalam paragrafnya. Istilah ini lebih tepat disebut sebagai urutan ruang atau urutan tempat.

Contoh :        
Halaman depannya ditanami rumput halus yang  terpangkas rapi. Beberapa sudut ditanami bunga-bunga yang dominan warna merah dan kuning. Persis di kanan kiri tangga teras terdapat pot bonsai besar yang mengeliat indah. Teras depan berlantai granit itu akan menyambut kehadiran tamu dengan kesejukan pertama, sebelum pintu berukir jepara terbuka menuju ruang tamu yang lapang.

c.       Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf yang dimulai dari gagasan bawahan yang dianggap lebih rendah, sederhana, atau lemah dan berangsur-angsur menuju ke gagasan yang lebih tinggi, lebih penting, atau lebih kuat disebut pengembangan klimaks. Sebagai variasinya, sering penulis membuat urutan sebaliknya, dikenal dengan istilah antiklimaks.
Contoh :        
Bentuk mobil van mengalami perubahan pesat. Pada awalnya mobil van berbentuk minibus misalnya VW Combi. Bentuk ini diikuti oleh mitsubhisi colt, isuzu minibus, daihatsu van, suzuki carry, dan lain-lain. Kini muncul model van dengan moncong seperti sedan, misalnya toyota kijang, isuzu panther, dan mitsubishi kuda. Bahkan kini mobil van dirancang dengan tekhnologi dan kenyamanan sedan yang mampu bersaing sebagai kendaraan pribadi yang menjanjikan kemewahan, kenyamanan, dan sekaligus ketangguhan beraksi di segala medan, misalnya kijang inova.

d.  Proses
Paragraf proses adalah paragraf yang disusun menurut urutan tindakan, perbuatan, langkah-langkah, cara, atau kejadian untuk menghasilkan sesuatu. Paragraf proses memiliki kemiripan dengan paragraf kronologis. Biasanya keduanya menggunakan konjungsi antarparagraf atau antarkalimat mula-mula, kemudian, setelah itu, sesudah itu, selanjutnya, dan sebagainya. Perbedaannya terletak  pada titik berat topik yang dibahas dan tujuan penulis. Pada paragraf kronologis urutan waktu menjadi tekanan utama sedangkan dalam paragraf proses urutan langkah yang dipentingkan. Di samping itu, paragraf kronologis lebih cocok untuk jenis karangan narasi atau deskripsi, sedangkan paragraf proses lebih banyak digunakan untuk karangan eksposisi.
Contoh :
Pertama-tama kita pilih bahan bakunya, yaitu kedelai yang baik. Sebelum direbus kedelai dibersihkan terlebih dahulu dengan air. Selama proses penyiapan, kedelai harus dijaga agar tidak terkena bahan kimia, misalnya sabun karena akan merusak proses peragian. Langkah berikutnya merebusnya hingga matang, kemudian membersihkan kulitnya. Setelah bersih benar kedelai ditiriskan. Tinggallah kini membubuhi ragi dan membungkusnya. Jika prosesnya lancar, sesudah dua hari tempe yang lezat dan bergizi siap dikonsumsi untuk digoreng atau dimasak dengan variasi menu yang bermacam-

7.      Perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan adalah pola pengembangan dengan cara menunjukkan kesamaan atau perbedaan dua objek/dua gagasan atau lebih dari aspek-aspek tertentu. Jika sebuah paragraf menitikberatkan pada persamaan objeknya disebut paragraf perbandingan, sedangkan jika paragraf menitikberatkan pada perbedaannya disebut paragraf pertentangan.
Dalam kenyataan, keduanya sulit dibedakan karena paragraf pertentangan memang merupakan paragraf perbandingan. Biasanya sebuah perbandingan baru disebut pertentangan jika keduanya seolah-olah berlawanan atau sengaja dibenturkan secara tajam. Misalnya, satu objek dikatakan baik objek yang lain dikatakan buruk, yang satu dikatakan murah dan yang lain disebutkan mahal dan seterusnya.

Paragraf perbandingan dan pertentangan dibedakan dua.
·         Jika penulis mengambarkan objek pertama secara lengkap terlebih dahulu baru disusul dengan objek kedua selengkapnya, disebut paragraf perbandingan/pertentangan utuh.
Contoh paragraf perbandingan utuh :
Kota mempunyai pesona bagi kebanyakan orang. Walaupun hidup berjejal, tingkat polusi cukup tinggi, dan persaingan kehidupan begitu keras, tidak pernah menyurutkan pendatang untuk berbondong-bondong berebut “ nasi” di kota. Fasilitas yang begitu banyak dan tingginya peredaran uang di kota membuat kesulitan-kesulitan itu sebagai tantangan yang harus dilayani bukan untuk dijauhi.Sebagian penduduk memilih hidup di desa. Kenyamanan udara dan kedamaian hidup kekeluargaan membuat desa menjadi tempat menambatkan sisa hidup yang menyenangkan. Kesederhanaan dan keramah-tamahan merupakan puncak kebahagiaan bagi sebagian orang yang memilih tinggal di desa.

·         Jika penulis mengambarkan keduanya bergantian dalam satu paragraf, dikenal dengan istilah paragraf perbandingan/pertentangan bergantian.
Contoh paragraf pertentangan bergantian :
Dari segi kesehatan, pemakaian sabun cair dinilai oleh beberapa kalangan lebih aman daripada sabun padat. Sabun cair bisa digunakan sekali tanpa bercampur dengan orang lain. Sedangkan sabun padat bisa digunakan bergantian dengan orang lain. Dengan demikian, sabun padat memberikan peluang penularan penyakit kulit lebih besar. Hal ini tidak akan terjadi pada pemakai sabun cair. Kelemahannya, pemakaian sabun cair lebih boros daripada sabun padat. Harga sabun cair relatif mahal, sedangkan sabun padat cukup murah sehingga terjangkau oleh kantong. Tinggal mana yang akan kita pilih, sehat tetapi boros atau beresiko tetapi murah.

8.      Contoh
Dalam menguraikan idenya penulis sering memerlukan contoh agar jelas bagi pembaca. Gagasan-gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi yang konkret berupa contoh-contoh. Perlu ditekankan di sini, bahwa contoh dalam paragraf ini tidak berfungsi sebagai argumen atau bertujuan ingin membuktikan pendapat penulis seperti dalam tulisan argumentasi, tetapi sekedar alat untuk memperjelas maksud penulis. Biasanya pengalaman-pengalaman pribadi penulis merupakan bahan yang efektif untuk dijadikan contoh dalam paragraf.
Contoh :        
Pemakaian bahan bakar yang berlebihan perlu dihindari jika kita tidak ingin mengalami krisis energi di masa mendatang. Banyak kebiasaan buruk kita yang dianggap sepele tetapi sebenarnya jika dibiarkan akan berakibat cukup fatal. Misalnya memanaskan mobil berlama-lama, selain tidak bermanfaat juga merupakan bentuk pemborosan dan kebiasaan buruk yang perlu dihindari. Mobil masa kini telah dirancang cukup canggih sehingga pemanasan cukup dilakukan antara dua sampai tiga menit. Demikian pula pemakaian listrik, kita sering membiarkan lampu menyala sepanjang hari walaupun sudah cukup terang dan tidak digunakan. Kesadaran ini perlu ditanamkan pada setiap orang sejak kecil.

9.      Klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses pengelompokkan objek atau sesuatu yang dianggap memiliki kesamaan tertentu. Klarifikasi bekerja dalam dua tahap yang berlawanan. Tahap pertama adalah mempersatukan objek-objek secara keseluruhan. Kemudian tahap kedua memisahkan objek-objek tersebut sesuai dengan kelompok-kelompoknya atas dasar kesamaan yang dimiliki.
Klasifikasi dalam paragraf terhadap objek yang konkret mungkin tidak sulit. Akan tetapi, kita mungkin mengalami kesulitan jika objeknya berupa gagasan-gagasan yang abstrak.
Contoh :        
Ketika bahasa Indonesia masih merupakan bahasa Melayu orang sudah mulai membagi-baginya. Mula-mula dibedakan atas bahasa Melayu rendah dan bahasaMmelayu tinggi. Kemudian masih dibedakan lagi menjadi bahasa bangsawan, bahasa dalam, bahasa  dagang dan bahasa kucukan. Namun, pengelompokan ini dirasakan belum memadai. Kita masih mengetahui beda bahasa buku dengan bahasa ujaran. Sedangkan bahasa ujaran juga masih berbeda-beda antara bahasa percakapan para nelayan dengan bahasa guru, petani, atau padagang.

LETAK KALIMAT UTAMA
Sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling berhubungan dan hanya mengandung satu pikiran utama dan dijelaskan oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama itu dituangkan ke dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian dituang ke dalam kalimat-kalimat penjelas.

Ada empat cara untuk meletakkan kalimat utama, yaitu :
1.      Pada awal paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat panjelas yang berfungsi menjelaskan pikiran utama.paragraf ini bersifat deduktif, dari yang umum kepada yang khusus.
Contoh :
Kosa kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang mengarang. Jumlah kosa kata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu, jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak kosa kata yang dikuasai, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. Dengan demikian, seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikirannya.

2.      Pada Akhir Paragraf
Paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas. Kemudian diikuti oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat induktif, dari yang khusus ke yang umum.
Contoh :
Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat maupun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan cepat.

3.      Pada Awal dan Akhir Paragraf
Peningkatan taraf pendidikan para petani, dirasakan sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah sistem pertanian tradisional misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf pendidikan. 

4.      Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluluh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya digunakan dalam karangan yang berbentuk narasi (yang berbentuk cerita) atau deskripsi (yang berbentuk pelukisan). Pikiran utama didukung oleh semua kalimat.
Contoh :
Keributan ayam berkeruyuk bersahut-sahutan mengendur. Kian lama kian berkurang. Akhirnya tinggal satu-satu saja terdengar kokok yang nyaring. Dan ayam-ayam itu sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran. Dengung dan ruang lalu lintas di jalan raya kembali menggila seperti kemarin. Raung klakson mobil dan suara kereta api bergema-gema menerobos ke relun-relung rumah sepanjang jalan. Sayup-sayup terdengar dentang lonceng gereja menyongsong hari baru dan menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin. Paragraf di atas dibangun oleh beberapa kalimat yang semuanya menjelaskan tentang suasana di pagi hari. Jadi, pikiran utama tersebar di dalam beberapa kalimat yang membangun paragraf itu.

BENTUK-BENTUK PARAGRAF
Pembagian paragraf dapat menggunakan tolok ukur di mana penulis menempatkan kalimat utama dalam sebuah paragraf. Yang dimaksud dengan kalimat utama atau kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan utama paragraf.
Berdasarkan letak kalimat utamanya paragraf dibedakan menjadi lima macam, yakni paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, ineratif, dan deskriptif atau naratif.

1.  Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Pengertian awal paragraf ini tidak harus diartikan pada kalimat pertama. Mungkin pada kalimat kedua atau beberapa kalimat pada bagian awal walaupun bukan kalimat pertama.
Contoh :        
Kebudayaan Indonesia akhir-akhir ini mempunyai dua arah kecenderungan yang berlawanan
atau paradoks. Di satu pihak kebudayaan berkembang secara linear manuju modernisasi sejalan
dengan perkembangan ekonomi dan iptek. Di pihak lain ada kecenderungan terjadi kebudayaan
“daur ulang” (recycling), yaitu penggalian kembali bentuk, aspek, dan nilai-nilai kebudayaan lama.

2.     Paragraf induktif adalah bentuk paragraf yang menempatkan kalimat utama pada bagian akhir. Biasanya kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan kongjungsi penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, dan lain-lain.
      Akan tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu yang mutlak. Kita perlu mencermati tingkat kepentingan setiap gagasan yang terdapat dalam paragraf tersebut. Bentuk paragraf induktif ini sangat efektif untuk mengemukakan argumentasi.
Contoh :        
Secara umum dapat saja dikatakan bahwa pesatnya pertumbuhan penduduk di Negara negara
selatan merupakan salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan. Meskipun demikian, dalam
mentuk interpretasiyna yang naif, penonjolan angka pertumbuhan penduduk ini bisa menyelubungi
fakta yang sesungguhnya. Justru penyebab utama kerusakan lingkungan adalah industrialisasi
yang tak terkendali di negara-negara utara.

3.  Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang menempatkan kalimat topik pada awal sekaligus akhir paragraf. Kalimat terakhir merupangan pengulangan atau penegasan kalimat utama. Dalam praktiknya kalimat terakhir tidak selalu persis dengan kalimat pertama tetapi mungkin mengambil bentuk variasi dengan inti gagasan yang tetap sama.
Contoh :        
Perkembangan di bidang teknologi dan komunikasi membawa dampak luas dalam kehidupan
manusia. Dengan kemajuan teknologi, manusia bisa memperoleh kemudahan yang sebelumnya tak
pernah terpikirkan. Kemajuan komunikasi mengakibatkan dunia ini seolah-olah  menjadi semakin
sempit. Di berbagai belahan dunia manusia bisa melakukan komunikasi langsung tanpa hambatan
jarak. Jadi, revolusi kehidupan telah terjadi karena pencapaian kemajuanm teknologi dan
komunikasi tersebut.

5.      Paragraf ineratif  secara teoretis diartikan paragraf yang mempunyai kalimat topik pada bagian tengah. Kalimat pertama seolah-olah merupakan pengantar untuk menuju pada puncak. Kemudian, sesudah bagian puncak ini penulis masih menambahkan kalimat-kalimat penjelas lagi. Jenis paragraf ini jarang ditemukan dan kurang lazim digunakan.
Contoh :        
Awalnya terjadi pertentangan terhadap kebijakan pemakaian seragam itu.
Sebagian menilai keseragaman merupakan simbol pembelengguan terhadap kebebasan. Mereka
mengira kebebasan adalah segalanya. Tetapi akhirnya mereka sadar, ternyata berseragam lebih
nyaman daripada berpakaian bebas yang mengakibatkan persaingan negatif. Dengan berpakaian
seragam tidak tampak perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin. Dengan pakaian seragam
dapat tereliminasi kecemburuan sosial di antara sesama teman.

5.   Paragraf naratif/deskriptif adalah bentuk paragraf yang tidak memiliki kalimat topik atau kalimat utama. Akan tetapi tidak berarti paragraf deskriptif/naratif tidak mempunyai gagasan utama. Penulis menempatkan gagasan utamanya tersebar dalam seluruh kalimat. Untuk menemukan gagasan utamanya, pembaca harus mengambil simpulan dari seluruh kalimat yang ada.
Contoh :        
Cahaya matahari pagi menerobos lewat celah dedaunan dan ranting-ranting pohon. Embun pagi
yang jernih memantulkan cahaya kemilau bak mutiara bergelayutan di leher gadis ayu yang gemulai.
Kicau burung bersahutan mengabarkan desir hari yang mulai merambat. Sejuknya angin pagi
menyapa bumi dengan keramahan yang alami.
Pada contoh di atas tidak ada kaliman yang dipentingkan. Seluruhan kalimat bersama-sama
mendukung gagasan utama paragraf, yakni pagi hari yang indah.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN SIFAT DAN TUJUANNYA
Ada lima macam jenis paragraf berdasarkan sifat dantujuannya, yakni deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1.     Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari verba  to describe (Ing.) yang artinya menguraikan, merinci, memerikan, melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-oleh melihat, mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang  diuraikan penulis baik secara inderawi, logika, maupun emosi. Hampir semua jenis wacana secara utuh melibatkan  paragraf deskripsi untuk memberikan penjelasan dan ilustrasi atas gagasan-gagasan dalam wacana tersebut.
Berdasarkan kesan atau impresi yang dialami pembaca paragraf deskripsi dibedakan dua, yakni deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionostis.

·         Deskripsi ekspositoris lebih banyak melibatkan kesan berdasarkan logika dan pikiran pembaca. Objek yang memerlukan rincian angka dan ukuran-ukuran detail lebih cocok untuk disampaikan dengan deskripsi ekspositoris. Karena sifatnya yang demikian jenis deskripsi ini sering rancu dengan paragraf eksposisi.
Contoh :
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
·    Deskripsi impresionistis adalah paragraf yang menguraikan objek dengan tujuan agar memperoleh tanggapan emosional dari pembaca. Biasanya penulis memulainya dengan mengacu kesan indera kemudian merambah kepada keterlibatan emosi pembacanya. Namun, tidak jarang deskripsi impresionistis melibatkan kesan logika terlebih dahulu, kemudian bergerak menimbulkan rasa haru dan melibatkan emosi pembaca.
Contoh              :       
Ia terlentang seharian di atas trotoar panas itu. Tubuhnya yang tinggal tulang terbalut kulit itu tertutup oleh pakaian kotor dan dekil yang telah robek di sana sini sehingga perutnya yang kempis itu menyeringai dari sela-sela baju. Bau anyir menyeruak dari borok di kedua kakinya yang melebar dengan warna merah kecoklatan bercampur dengan nanah yang meleleh dikerumuni lalat yang berjejal seperti cendol. Setiap arang yang lewat di dekatnya menutup hidung dan menghindar dari bau yang menyengat itu. Sebentar-sebentar ia menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang dipenuhi kudis dengan kukunya yang panjang dan hitam itu meninggalkan baluran-baluran merah memanjang.

2.     Narasi.
Narasi (naration) secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf narasi bertujuan mengisahkan atau bercerita. Paragraf narasi acapkali mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi mementingkan urutan (biasanya kronologis), memiliki tokoh, dan terdapat konflik di dalamnya. Walaupun tidak tampak tajam, konflik ini merupakan bagian penting dari sebuah narasi.
Paragraf narasi bukan hanya terdapat pada karya fiksi (cerpen dan novel)  tetapi narasi juga dikenal dalam tulisan ilmiah, misalnya biografi atau autobiografi dan analisis proses.
Contoh :           
Tahun 1977 Dr. Asvarez dan rekan-rekannya dari universitas  California , Berkeley mendapati saesuatu yang aneh. Ketika sedang meneliti lapisan lumpur di Italia-sebagaimana yang mereka lakukan di Denmark sebalumnya-mereka menemukan kandungan iridium berkadar tinggi di antara pembatas dua lapisan lumpur itu. Pada tahun berikutnya kapal peneliti AS Glomar Challenger Two juga menemukan iridium berkadar tinggi di perairan New Mexico bagian utara. Bahan yang hanya bisa ditemukan dalam jumlah sedikit di muka bumi ini diyakini dari pecahan meteorit angkasa luar yang secara perlahan mengumpul sejak jutaan tahun yang lalu.

3.      Eksposisi
Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan penyuluhan/informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi tepat untuk menyajikan pengetahuan/ilmu baru, definisi, pengertian, langkah-langkah, metode, cara dan proses. Sebagian besar buku teks dan pelajaran berbentuk eksposisi.
Contoh :           
Rokok, alkohol, dan narkotika adalah tiga jenis bahan yang sama-sama dapat mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikhis para pemakainya, walaupun dengan kadar yang berbeda-beda. Penggunaan salah satu dari ketiganya dalam waktu yang lama, sering, dan terus menerus dapat menimbulkan kebiasaan dan meningkat menjadi ketagihan. Zat-zat kimia yang dikandung oleh rokok, alkohol, dan narkotika akan mempengaruhi metabolisme tubuh manusia dan menimbulkan ketergantungan dan kebutuhan fisik. Zat-zat yang menimbulkan ketergantungan fisik ini disebut zat adiktif.

4.      Argumentasi
Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) artinya membuktikan, atau menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan, ide, pendapat, konsepsi, atau opini penulis disertai data sebagai bukti dan alasan untuk meyakinkan pembaca atas kebenaran gagasan itu. Dengan argumentasi penulis berusaha mempengaruhi jalan pikiran pembaca agar menerima kebenaran yang dikemukakannya. Proses dalam sebuah sidang peradilan merupakan salah satu contoh perbantahan dan adu argumentasi antara jaksa penuntut dan pembela. Kedua belah pihak ingin membuktikan kebenaran menurut versi masing-masing dengan membawa barang bukti, menghadirkan saksi, dan pengakuan terdakwa atauy yang berperkara sebagai alat untuk meyakinkan hakim agar mengambil keputusan seperti yang diinginkan masing-masing pihak. Simpulan merupakan salah satu ciri argumentasi.
Contoh :           
Masih ada solusi yang baik untuk mengatasi polemik kapal ikan di perairan kita. Penambahan jumlah kapal besar di perairan Sulawesi, Maluku, dan Irian tidak perlu diikuti dengan pemindahan kapal kecil ke wilayah lain. Membatasi impor kapal kapal ikan juga kurang menguntungkan jika kenyataannya wilayah perairan kita memerlukan tambahan untuk dapat mengeksploitasi secara optimal. Yang terpenting adalah rasionalisasi jumlah dan ukuran kapal sesuai dangan pemberlakuan wilayah fishing ground dan fishing base.

5.         Persuasi
Kata persuasi diturunkan dari verba to persuade (Ing) yang artinya membujuk atau menyarankan. Paragraf persuasi merupakan kelanjutan atau pengembangan argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan untuk meyakinkan pembaca, kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Beda argumentasi dan persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi menitikberatkan sasaran pada logika pembaca sedangkan persuasi pada emosi/perasaan pembaca walaupun tidak melapaskan logika. Persuasi yang baik akan diawali atau disertai dengan argumentasi yang baik pula. Sebuah persuasi tanpa argumentasi akan mirip iklan atau akan menghasilkan paragraf yang bombastis. Sebuah persuasi dapat berkembang menjadi agitasi dan provokasi.
Contoh :           
Setiap detik penduduk di bumi bertambah lima jiwa. Bisa dipastikan bahwa pertumbuhan penduduk yang demikian pesat akan menjadi masalah global. Bumi tempat kita bermukim ini adalah makhluk terbatas. Mulai dari penyediaan ruang hunian sampai dengan penyediaan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, semua pihak harus sadar akan bahaya tersebut. Di satu sisi kita perlu mengendalikan pertambahan penduduk dan di sisi lain kita harus berusaha keras mencari penemuan-penemuan baru untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang tak terelakkan tersebut.

Sumber :
1.      Alwi, Hasan. Et al. 2000. Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta :
Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
2.      Mueliono, Anton M. (ed). 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
3.  Nasucha, Yakub Drs. M. Hum dkk.2009.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Yogyakarta:Media Perkasa.
4.      Sumarlam. Ed. 2007. Analisis Wacana : Teori dan Praktik. Surakarta : Pustaka Cakra.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar