P
|
aragraf
merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan
secara utuh dan padu serta membentu satu kesatuan pikiran. Terdapat tiga
persyaratan agar menjadi padu, yaitu kepaduan, keatuan dan kelengkapan. Apabila
sebuah paragraf deskriptif atau naratif, secara lahiriah unsur paragraph itu
berupa :
- Kalimat topic atau kalimat utama;
- Kalimat pengembang atau kalimat utama;
- Kalimat penegas;
- Kalimat, klausa, prosa dan, penghubung.
Dalam
sebuah karangan yang utuh, fungsi utama paragraph yaitu :
- Untuk menandai pembukaan awal ide/gagasan baru,
- Sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide seelumnya, atau
- Sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebuh dahulu.
SYARAT-SYARAT
PEMBENTUKAN PARAGRAF
1. Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk
mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam
pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang
dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata
lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu
kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan
pokok.
2. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh
suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau
tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan
pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan
pikiran yang membingungkan.
3. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang
kejelasan kalimat topik/gagasan
utama. Sebaliknya suatu
paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau diperluas dengan
pengulangan-pengulangan.
Contoh :
Suku
Dayak tidaktermasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih
atau bersengketa.
Paragraf di atas merupakan contoh paragraf
yang hanya diperluas dengan pengulangan.
MENGEMBANGKAN
PARAGRAF
Salah satu cara berlatih
mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka paragraph dahulu sebelum menulis paragraf itu.
Contoh
:
Kerangka paragraf
Pikiran
utama
: Keindahan alam di Tawangmangu makin surut
Pikiran
penjelas
:
1. manusia
telah mengubah segala-galanya
2. hutan,
sawah, dan ladang tergusur
3. pohon-pohon
tidak ada lagi
4. pagar
bunga sudah diganti
5. gedung-gedung
mewah dibangun
Pengembangan paragraph :
Bernostalgia
tentang indahnya alam di Tawangmangu hanya akan menimbulkan kekecewaan saja. Dalam kurun waktu 25 tahun,
dinamika kehidupan manusia telah mengubah segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang telah
tergusur oleh berbagai bentuk bangunan. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji
besi. Pagar tanaman dan bunga yang dulu bermekaran dengan indahnya telah diterjang tembok
beton yang kokoh. Batu-batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah yang menelan
biaya triliunan
rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah
menelan kemesraan dan indahnya alam ini.
Berdasarkan Pola Pengembangan
Pargraf.
1. Induksi
Induksi adalah
proses berpikir yang dimulai dari satu atau beberapa fakta-fakta individual
atau fenomena-fenomena khusus untuk ditarik sebuah simpulan (inferensi).
Penalaran induksi sering disebut sebagai corak berfikir ilmiah karena sebelum
menemukan simpulan, fakta individual dan fenomena khusus tersebut harus
diteliti, dicermati, dan dievaluasi lebih dahulu. Paragraf yang dimulai dengan
gejala khusus dan diakhiri dengan simpulan disebut paragraf induksi dan
kadang-kadang disebut juga paragraf khusus
umum.
Contoh
:
Minyak
bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Sumber minyak bumi
kita terbatas, sedangkan kebutuhan kita akan minyak bumi terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri. Jika
terus menerus dikuras, sumber energi tersebur akan habis. Kita tidak dapat
memperbaikinya lagi. Untuk menghindari
terjadinya krisis energi, sudah saatnya kita perlu mencari sumber energi alternatif.
2.
Generalisasi
Generalisasi
merupakan salah satu bentuk penalaran induktif, yakni proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan satu simpulan
(inferensi) yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Kata sejumlah
fenomena harus mendapatkan tekanan. Berdasarkan
fakta-fakta khusus tersebut ditariklah simpulan umum, yang tidak hanya
berlaku bagi fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang telah disebutkan, tetapi simpulan
itu juga berlaku bagi fenomena-fenomena lain yang sejenis. Jadi, paragraf
generalisasi juga berbentuk khusus umum sebagaimana paragraf induksi.
Contoh
:
Manusia
sebagai makhluk hidup memerlukan air. Ikan adalah hewan yang hidup dengan
mengandalkan air. Padi adalah tanaman sawah yang tidak dapat hidup tanpa air.
Jadi semua makhluk hidup memerlukan air.
Dari contoh d iatas jelas bahwa
generalisasi merupakan salah satu bentuk penalaran induksi. Manusia merupakan
fakta yang mewakili spesies makhluk hidup tertentu, ikan salah satu data yang
mewakili kelompok hewan, dan padi merupakan fenomena individual sebagai sampel
tumbuh-tumbuhan. Berangkat dari sinilah simpulan diambil yang berlaku bagi
semua jenis makhluk hidup di luar data
yang disebutkan.
Sebagai variasi, kadang-kadang penulis menempatkan
gagasan umum pada awal paragraf diikuti dengan rinciannya, dan pada akhir
paragraf simpulan itu diulang, walaupun tidak selalu persis. Bentuk inilah yang
dikenal dengan istilah paragraf deduksi-induksi
atau paragraf campuran.
3. Analogi
Penalaran
analogi dibedakan menjadi dua, yakni analogi induktif dan analogi deduktif. Analogi induktif adalah penalaran yang
bertolak dari suatu kesamaan aktual antara dua hal, untuk diturunkan sebuah
simpulan. Dengan kata lain,
analogi induktif adalah pengambilan simpulan berdasarkan pengalaman. Karena
kedua hal tersebut mempunyai kemiripan dalam hal-hal yang penting, mereka
disimpulkan akan sama pula dalam aspek-aspek
lain yang kurang penting.
Contoh
:
Dalam menguraikan idenya penulis sering memerlukan
contoh agar jelas bagi pembaca. Gagasan-gagasan yang terlalu umum memerlukan
ilustrasi yang konkret berupa contoh-contoh. Perlu ditekankan di sini, bahwa
contoh dalam paragraf ini tidak berfungsi sebagai argumen atau bertujuan ingin
membuktikan pendapat penulis seperti dalam tulisan argumentasi, tetapi sekedar
alat untuk memperjelas maksud penulis. Biasanya pengalaman-pengalaman pribadi
penulis merupakan bahan yang efektif untuk dijadikan contoh dalam paragraf.
4. Sebab-Akibat
Hubungan kausal seringkali diterjemahkan
dengan istilah hubungan sebab-akibat, tanpa membedakan apakah sebab mendahului
akibat atau sebaliknya. Tetapi kadang-kadang dalam berbagai soal ujian
dibedakan menjadi beberapa pola, yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, akibat
ke akibat.
Sebab akibat merupakan penalaran yang
dimulai dengan sebab yang bergerak menuju akibat sebagai simpulannya. Ada sebab tunggal dengan akibat tunggal, sebab
tunggal dengan akibat ganda, ada sebab ganda dengan akibat tunggal, dan sebab
ganda dengan akibat ganda pula, bahkan ada pula sebab akibat berantai.
Contoh :
Pemerintah berketetapan menaikkan harga BBM. Kenaikan ini membuat biaya angkutan
meningkat karena pengusaha angkutan tentu tidak ingin rugi. Tidak pelak lagi
semua harga kebutuhan pokok merangkak naik. Akibatnya rakyat kecillah yang
paling menderita.
Paragraf di atas merupakan contoh
hubungan sebab akibat berantai. Jika dibuat skema akan menjadi sebab—akibat 1
(sebab 2)—akibat 2 (sebab 3)—akibat.
Akibat-sebab adalah pola penalaran yang
menempatkan akibat pada awal kemudian bergerak ke sebab yang menimbulkan akibat
dalam pernyataan awal tadi. Sebagaimana hubungan sebab akibat, terdapat
hubungan akibat tunggal dengan sebab tunggal, akibat tunggal dengan sebab
ganda, akibat ganda dengan sebab tunggal, akibat ganda dengan sebab ganda, dan
ada pula akibat sebab berantai,
Contoh
:
Ia
memang pantas mendapatkan prestasi sangat memuaskan. Ia begitu tekun belajar.
Di kelas dia begitu antusias dalam mengikuti pelajaran. Tidak pernah dia
melalaikan tugas-tugas sekolah. Waktu-waktu luang pun selalu ia pergunakan
untuk membaca referensi di perpustakaan.
Paragraf di atas merupakan contoh
penalaran dengan akibat tunggal dan sebab ganda.
Akibat-akibat adalah pola penalaran yang
mengambil simpulan berdasarkan fakta yang sudah merupakan akibat tanpa melihat
apa penyebabnya.
Contoh
:
Sepulang dari
pasar di kota, ibu terkejut melihat jalan menuju ke rumah becek dan berlumpur.
Saluran di tepi gang itu penuh dan meluap. “Waduh gawat, kalau begitu jemuranku
pasti basah semua”, pikir ibu.
5. Deduksi
Penalaran
deduksi merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Dalam deduksi orang
menempatkan simpulan umum pada awal paragraf kemudian diikuti dengan proposisi
baru terhadap fenomena khusus berdasarkan kesamaan sifat atau keadaan seperti
yang terjadi pada simpulan umum tadi. Acapkali paragraf deduksi juga disebut
paragraf spesialisasi sebagai lawan dari istilah generalisasi.
Contoh
:
Kesadaran
akan pentingnya kelestarian lingkungan harus dimiliki oleh penduduk bumi dimana
pun berada. Negara-negara “ utara” yang telah begitu banyak menyita keramahan
lingkungan karena teknologinya harus mengendalikan diri. Di “selatan” manusia
tidak boleh sesukanya sendiri mengeksploitasi alam untuk mengejar kebutuhannya.
Kesepakatan-kesepakatan internasional yang telah kita buat semestinya menjadi
panduan semua pihak, bukan hanya di negara-negara berkembang tetapi lebih-lebih
bagi negara maju yang konon menjadi barometer dan panutan.
6.
Urutan
Pola
urutan biasanya terjadi karena hubungan alamiah. Objek yang ingin disajikan
penulis secara alamiah menuntut penyajian dalam bentuk urutan. Di samping itu,
pola urutan juga bisa disebabkan oleh tuntutan logis antarobjeknya. Kita
mengenal ada paragraf kronologis, sudut pandangan, klimaks dan
antiklimaks, dan proses.
a. Kronologis
Paragraf
kronologis dikembangkan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Pengembangan
paragraf ini cocok untuk jenis narasi atau deskripsi.
Contoh
:
Pukul
lima pagi terdengar ledakan keras dari arah kota. Kurang lebih sepuluh menit kemudian
terdengar ledakan yang kedua. Kali ini suaranya lebih dahsyat. Mungkin tempatnya
lebih dekat dengan kampungku. Tidak lama kemudian disusul rentetan tembakan dan
ledakan dari berbagai arah. Sebelum matahari terbit orang-orang sudah berlarian
menyelamatkan diri dengan jerit dan teriakan yang memilukan di sela-sela
desingan peluru dan dentuman meriam. Aku sudah tidak ingat lagi persisnya pukul
berapa karena aku turut larut dalam hiruk pikuk itu.
b.
Sudut
pandangan
Istilah
sudut pandangan ini sebenarnya agak membingungkan. Dalam unsur intrinsik sastra
kita mengenal istilah ini bersinonim dengan point
of view atau cara bercerita. Di sini
sudut pandangan diartikan sebagai tempat atau posisi yang dipilih penulis untuk
menggambarkan objek dalam paragrafnya. Istilah ini lebih tepat disebut sebagai
urutan ruang atau urutan tempat.
Contoh
:
Halaman
depannya ditanami rumput halus yang
terpangkas rapi. Beberapa sudut ditanami bunga-bunga yang dominan warna
merah dan kuning. Persis di kanan kiri tangga teras terdapat pot bonsai besar
yang mengeliat indah. Teras
depan berlantai granit
itu akan menyambut kehadiran tamu dengan kesejukan pertama, sebelum pintu berukir jepara
terbuka menuju ruang tamu yang lapang.
c.
Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan
paragraf yang dimulai dari gagasan bawahan yang dianggap lebih rendah,
sederhana, atau lemah dan berangsur-angsur menuju ke gagasan yang lebih tinggi,
lebih penting, atau lebih kuat disebut pengembangan klimaks. Sebagai
variasinya, sering penulis membuat urutan sebaliknya, dikenal dengan istilah
antiklimaks.
Contoh
:
Bentuk
mobil van mengalami perubahan pesat. Pada awalnya mobil van berbentuk minibus
misalnya VW Combi. Bentuk ini diikuti oleh mitsubhisi colt, isuzu minibus,
daihatsu van, suzuki carry, dan lain-lain. Kini muncul model van dengan moncong
seperti sedan, misalnya toyota kijang, isuzu panther, dan mitsubishi kuda.
Bahkan kini mobil van dirancang dengan tekhnologi dan kenyamanan sedan yang
mampu bersaing sebagai kendaraan pribadi yang menjanjikan kemewahan,
kenyamanan, dan sekaligus ketangguhan beraksi di segala medan, misalnya kijang
inova.
d. Proses
Paragraf
proses adalah paragraf yang disusun menurut urutan tindakan, perbuatan,
langkah-langkah, cara, atau kejadian untuk menghasilkan sesuatu. Paragraf
proses memiliki kemiripan dengan paragraf kronologis. Biasanya keduanya
menggunakan konjungsi antarparagraf atau antarkalimat mula-mula, kemudian, setelah itu, sesudah itu, selanjutnya,
dan sebagainya. Perbedaannya terletak
pada titik berat topik yang dibahas dan tujuan penulis. Pada paragraf
kronologis urutan waktu menjadi tekanan utama sedangkan dalam paragraf proses
urutan langkah yang dipentingkan. Di samping itu, paragraf kronologis lebih
cocok untuk jenis karangan narasi atau deskripsi, sedangkan paragraf proses
lebih banyak digunakan untuk karangan eksposisi.
Contoh
:
Pertama-tama
kita pilih bahan bakunya, yaitu kedelai yang baik. Sebelum direbus kedelai
dibersihkan terlebih dahulu dengan air. Selama proses penyiapan, kedelai harus
dijaga agar tidak terkena bahan kimia, misalnya sabun karena akan merusak
proses peragian. Langkah berikutnya merebusnya hingga matang, kemudian
membersihkan kulitnya. Setelah bersih benar kedelai ditiriskan. Tinggallah kini
membubuhi ragi dan membungkusnya. Jika prosesnya lancar, sesudah dua hari tempe yang lezat dan
bergizi siap dikonsumsi untuk digoreng atau dimasak dengan variasi menu yang
bermacam-
7. Perbandingan
dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan adalah
pola pengembangan dengan cara menunjukkan kesamaan atau perbedaan dua objek/dua
gagasan atau lebih dari aspek-aspek tertentu. Jika sebuah paragraf
menitikberatkan pada persamaan objeknya disebut paragraf perbandingan,
sedangkan jika paragraf menitikberatkan pada perbedaannya disebut paragraf
pertentangan.
Dalam kenyataan, keduanya sulit
dibedakan karena paragraf pertentangan memang merupakan paragraf perbandingan.
Biasanya sebuah perbandingan baru disebut pertentangan jika keduanya
seolah-olah berlawanan atau sengaja dibenturkan secara tajam. Misalnya, satu
objek dikatakan baik objek yang lain dikatakan buruk, yang satu dikatakan murah
dan yang lain disebutkan mahal dan seterusnya.
Paragraf
perbandingan dan pertentangan dibedakan dua.
·
Jika penulis mengambarkan objek pertama
secara lengkap terlebih dahulu baru disusul dengan objek kedua selengkapnya,
disebut paragraf perbandingan/pertentangan utuh.
Contoh
paragraf perbandingan utuh :
Kota
mempunyai pesona bagi kebanyakan orang. Walaupun hidup berjejal, tingkat polusi
cukup tinggi, dan persaingan kehidupan begitu keras, tidak pernah menyurutkan
pendatang untuk berbondong-bondong berebut “ nasi” di kota. Fasilitas yang
begitu banyak dan tingginya peredaran uang di kota membuat kesulitan-kesulitan
itu sebagai tantangan yang harus dilayani bukan untuk dijauhi.Sebagian
penduduk memilih hidup di desa. Kenyamanan udara dan kedamaian hidup
kekeluargaan membuat desa menjadi tempat menambatkan sisa hidup yang
menyenangkan. Kesederhanaan dan keramah-tamahan merupakan puncak kebahagiaan
bagi sebagian orang yang memilih tinggal di desa.
·
Jika penulis mengambarkan keduanya
bergantian dalam satu paragraf, dikenal dengan istilah paragraf
perbandingan/pertentangan bergantian.
Contoh
paragraf pertentangan bergantian :
Dari
segi kesehatan, pemakaian sabun cair dinilai oleh beberapa kalangan lebih aman
daripada sabun padat. Sabun cair bisa digunakan sekali tanpa bercampur dengan
orang lain. Sedangkan sabun padat bisa digunakan bergantian dengan orang lain.
Dengan demikian, sabun padat memberikan peluang penularan penyakit kulit lebih
besar. Hal ini tidak akan terjadi pada pemakai sabun cair. Kelemahannya,
pemakaian sabun cair lebih boros daripada sabun padat. Harga sabun cair relatif
mahal, sedangkan sabun padat cukup murah sehingga terjangkau oleh kantong.
Tinggal mana yang akan kita pilih, sehat tetapi boros atau beresiko tetapi
murah.
8.
Contoh
Dalam
menguraikan idenya penulis sering memerlukan contoh agar jelas bagi pembaca.
Gagasan-gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi yang konkret berupa
contoh-contoh. Perlu ditekankan di sini, bahwa contoh dalam paragraf ini tidak
berfungsi sebagai argumen atau bertujuan ingin membuktikan pendapat penulis
seperti dalam tulisan argumentasi, tetapi sekedar alat untuk memperjelas maksud
penulis. Biasanya pengalaman-pengalaman pribadi penulis merupakan bahan yang efektif
untuk dijadikan contoh dalam paragraf.
Contoh
:
Pemakaian
bahan bakar yang berlebihan perlu dihindari jika kita tidak ingin mengalami
krisis energi di masa mendatang. Banyak kebiasaan buruk kita yang dianggap
sepele tetapi sebenarnya jika dibiarkan akan berakibat cukup fatal. Misalnya
memanaskan mobil berlama-lama, selain tidak bermanfaat juga merupakan bentuk
pemborosan dan kebiasaan buruk yang perlu dihindari. Mobil masa kini telah
dirancang cukup canggih sehingga pemanasan cukup dilakukan antara dua sampai
tiga menit. Demikian pula pemakaian listrik, kita sering membiarkan lampu
menyala sepanjang hari walaupun sudah cukup terang dan tidak digunakan.
Kesadaran ini perlu ditanamkan pada setiap orang sejak kecil.
9. Klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses
pengelompokkan objek atau sesuatu yang dianggap memiliki kesamaan tertentu.
Klarifikasi bekerja dalam dua tahap yang berlawanan. Tahap pertama adalah
mempersatukan objek-objek secara keseluruhan. Kemudian tahap kedua memisahkan
objek-objek tersebut sesuai dengan kelompok-kelompoknya atas dasar kesamaan
yang dimiliki.
Klasifikasi dalam paragraf terhadap objek yang
konkret mungkin tidak sulit. Akan tetapi, kita mungkin mengalami kesulitan jika
objeknya berupa gagasan-gagasan yang abstrak.
Contoh
:
Ketika
bahasa Indonesia masih merupakan bahasa Melayu orang sudah mulai
membagi-baginya. Mula-mula dibedakan atas bahasa Melayu rendah dan bahasaMmelayu
tinggi. Kemudian masih dibedakan lagi menjadi bahasa bangsawan, bahasa dalam,
bahasa dagang dan bahasa kucukan. Namun,
pengelompokan ini dirasakan belum memadai. Kita masih mengetahui beda bahasa
buku dengan bahasa ujaran. Sedangkan bahasa ujaran juga masih berbeda-beda
antara bahasa percakapan para nelayan dengan bahasa guru, petani, atau padagang.
LETAK
KALIMAT UTAMA
Sebuah paragraf dibangun dari
beberapa kalimat yang
saling berhubungan
dan hanya mengandung satu pikiran
utama dan dijelaskan oleh beberapa pikiran penjelas.
Pikiran utama itu dituangkan ke dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian dituang
ke dalam kalimat-kalimat penjelas.
Ada empat cara
untuk meletakkan kalimat utama, yaitu :
1.
Pada awal paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau
kalimat utama. Kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat panjelas yang berfungsi
menjelaskan pikiran utama.paragraf ini bersifat deduktif, dari yang umum kepada
yang khusus.
Contoh
:
Kosa
kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang
mengarang.
Jumlah kosa kata yang dimiliki seseorang akan menjadi
petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu, jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang juga akan
menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak kosa kata
yang dikuasai, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. Dengan demikian, seorang
penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk mengungkapkan gagasan yang
ada di dalam pikirannya.
2.
Pada Akhir Paragraf
Paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas.
Kemudian diikuti oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat induktif,
dari yang khusus ke yang umum.
Contoh
:
Pada
waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara
metodologis dan
sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak
didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan
teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam
sekolah berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat maupun di antara jam-jam pelajaran,
unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen
dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan
si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan cepat.
3.
Pada Awal dan Akhir Paragraf
Peningkatan
taraf pendidikan para petani, dirasakan sama pentingnya dengan usaha
peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah
sistem pertanian tradisional misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang
berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka dapat
memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan
perencana pembangunan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Itulah
sebabnya, peningkatan taraf pendidikan.
4.
Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Berarti
pikiran utama tersebar di seluluh kalimat yang membangun paragraf tersebut.
Bentuk ini biasanya digunakan dalam karangan yang berbentuk narasi (yang
berbentuk cerita) atau deskripsi (yang berbentuk pelukisan). Pikiran utama
didukung oleh semua kalimat.
Contoh
:
Keributan
ayam berkeruyuk bersahut-sahutan mengendur. Kian lama kian berkurang. Akhirnya
tinggal satu-satu saja terdengar kokok yang nyaring. Dan ayam-ayam itu sudah
mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran. Dengung dan ruang
lalu lintas di jalan raya kembali menggila seperti kemarin. Raung klakson mobil
dan suara kereta api bergema-gema menerobos ke relun-relung rumah sepanjang
jalan. Sayup-sayup terdengar dentang lonceng gereja menyongsong hari baru dan
menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin. Paragraf di atas dibangun oleh beberapa kalimat yang
semuanya menjelaskan tentang suasana di pagi hari. Jadi, pikiran utama tersebar
di dalam beberapa kalimat yang membangun paragraf itu.
BENTUK-BENTUK
PARAGRAF
Pembagian
paragraf dapat menggunakan tolok ukur di mana penulis menempatkan kalimat utama
dalam sebuah paragraf. Yang dimaksud dengan kalimat utama atau
kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan utama paragraf.
Berdasarkan letak kalimat utamanya
paragraf dibedakan menjadi lima macam, yakni paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif,
ineratif, dan deskriptif atau naratif.
1. Paragraf deduktif adalah paragraf yang
kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Pengertian awal paragraf ini
tidak harus diartikan pada kalimat pertama. Mungkin pada kalimat kedua atau beberapa
kalimat pada bagian awal walaupun bukan kalimat pertama.
Contoh
:
Kebudayaan Indonesia akhir-akhir
ini mempunyai dua arah kecenderungan yang berlawanan
atau paradoks. Di satu pihak kebudayaan berkembang
secara linear manuju modernisasi
sejalan
dengan perkembangan ekonomi dan iptek. Di pihak lain ada kecenderungan
terjadi kebudayaan
“daur ulang” (recycling), yaitu penggalian kembali bentuk,
aspek, dan nilai-nilai kebudayaan lama.
2. Paragraf induktif adalah bentuk
paragraf yang menempatkan kalimat utama pada bagian akhir. Biasanya kalimat
utama pada paragraf induktif menggunakan kongjungsi penyimpul antarkalimat,
seperti jadi, maka, dengan demikian,
akhirnya, dan lain-lain.
Akan tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu
yang mutlak. Kita perlu mencermati tingkat kepentingan setiap
gagasan yang terdapat dalam paragraf tersebut. Bentuk paragraf induktif ini
sangat efektif untuk mengemukakan argumentasi.
Contoh
:
Secara
umum dapat saja dikatakan bahwa pesatnya pertumbuhan penduduk di Negara negara
selatan merupakan salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan. Meskipun demikian,
dalam
mentuk interpretasiyna yang naif, penonjolan angka pertumbuhan penduduk ini
bisa menyelubungi
fakta yang sesungguhnya. Justru
penyebab utama kerusakan lingkungan adalah industrialisasi
yang tak terkendali di negara-negara utara.
3. Paragraf deduktif-induktif adalah
paragraf yang menempatkan kalimat topik pada awal sekaligus akhir paragraf.
Kalimat terakhir merupangan pengulangan atau penegasan kalimat utama. Dalam
praktiknya kalimat terakhir tidak selalu persis dengan kalimat pertama tetapi
mungkin mengambil bentuk variasi dengan inti gagasan yang tetap sama.
Contoh
:
Perkembangan di bidang teknologi
dan komunikasi membawa dampak luas dalam kehidupan
manusia. Dengan
kemajuan teknologi, manusia bisa memperoleh kemudahan yang sebelumnya tak
pernah terpikirkan. Kemajuan komunikasi mengakibatkan
dunia ini seolah-olah menjadi semakin
sempit. Di berbagai belahan
dunia manusia bisa melakukan komunikasi
langsung tanpa hambatan
jarak. Jadi,
revolusi kehidupan telah terjadi karena pencapaian kemajuanm teknologi dan
komunikasi tersebut.
5. Paragraf ineratif secara teoretis diartikan paragraf yang
mempunyai kalimat topik pada bagian tengah. Kalimat pertama seolah-olah
merupakan pengantar untuk menuju pada puncak. Kemudian, sesudah bagian puncak ini penulis masih
menambahkan kalimat-kalimat penjelas lagi. Jenis paragraf ini
jarang ditemukan dan kurang lazim digunakan.
Contoh
:
Awalnya
terjadi pertentangan terhadap kebijakan pemakaian seragam itu.
Sebagian menilai keseragaman
merupakan simbol pembelengguan terhadap kebebasan. Mereka
mengira kebebasan
adalah segalanya. Tetapi akhirnya mereka
sadar, ternyata berseragam lebih
nyaman daripada berpakaian bebas
yang mengakibatkan persaingan negatif. Dengan berpakaian
seragam tidak tampak perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin. Dengan pakaian
seragam
dapat tereliminasi kecemburuan sosial di antara sesama teman.
5. Paragraf naratif/deskriptif adalah
bentuk paragraf yang tidak memiliki kalimat topik atau kalimat utama. Akan
tetapi tidak berarti paragraf deskriptif/naratif tidak mempunyai gagasan utama.
Penulis menempatkan gagasan utamanya tersebar dalam seluruh kalimat. Untuk
menemukan gagasan utamanya, pembaca harus mengambil simpulan dari seluruh
kalimat yang ada.
Contoh
:
Cahaya
matahari pagi menerobos lewat celah dedaunan dan ranting-ranting pohon. Embun pagi
yang jernih memantulkan cahaya kemilau bak mutiara bergelayutan di leher gadis
ayu yang
gemulai.
Kicau burung bersahutan mengabarkan desir hari yang mulai merambat. Sejuknya
angin pagi
menyapa bumi dengan keramahan yang alami.
Pada
contoh di atas tidak ada kaliman yang dipentingkan. Seluruhan
kalimat bersama-sama
mendukung gagasan utama paragraf,
yakni pagi hari yang indah.
JENIS
PARAGRAF BERDASARKAN SIFAT DAN TUJUANNYA
Ada lima macam jenis paragraf
berdasarkan sifat dantujuannya, yakni deskripsi,
narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
1. Deskripsi
Kata
deskripsi berasal dari verba to describe (Ing.) yang artinya
menguraikan, merinci, memerikan, melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf
yang bertujuan memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan,
tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Dengan
deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-oleh melihat, mendengar,
merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang
diuraikan penulis baik secara inderawi, logika, maupun emosi. Hampir
semua jenis wacana secara utuh melibatkan
paragraf deskripsi untuk memberikan penjelasan dan ilustrasi atas
gagasan-gagasan dalam wacana tersebut.
Berdasarkan kesan atau impresi yang
dialami pembaca paragraf deskripsi dibedakan dua, yakni deskripsi ekspositoris
dan deskripsi impresionostis.
·
Deskripsi
ekspositoris lebih banyak melibatkan kesan
berdasarkan logika dan pikiran pembaca. Objek yang memerlukan rincian angka dan
ukuran-ukuran detail lebih cocok untuk disampaikan dengan deskripsi
ekspositoris. Karena sifatnya yang demikian jenis deskripsi ini sering rancu
dengan paragraf eksposisi.
Contoh
:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang
menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik.
Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali
mirip dengan para wanita palestina.
· Deskripsi
impresionistis adalah paragraf yang menguraikan objek
dengan tujuan agar memperoleh tanggapan emosional dari pembaca. Biasanya
penulis memulainya dengan mengacu kesan indera kemudian merambah kepada
keterlibatan emosi pembacanya. Namun, tidak jarang deskripsi impresionistis
melibatkan kesan logika terlebih dahulu, kemudian bergerak menimbulkan rasa
haru dan melibatkan emosi pembaca.
Contoh :
Ia terlentang seharian di atas trotoar panas itu.
Tubuhnya yang tinggal tulang terbalut kulit itu tertutup oleh pakaian kotor dan
dekil yang telah robek di sana sini sehingga perutnya yang kempis itu
menyeringai dari sela-sela baju. Bau
anyir menyeruak dari borok di kedua kakinya yang melebar dengan warna merah
kecoklatan bercampur dengan nanah yang meleleh dikerumuni lalat yang berjejal
seperti cendol. Setiap arang yang lewat di dekatnya menutup hidung dan
menghindar dari bau yang menyengat itu. Sebentar-sebentar ia menggaruk-garuk
bagian tubuhnya yang dipenuhi kudis dengan kukunya yang panjang dan hitam itu
meninggalkan baluran-baluran merah memanjang.
2. Narasi.
Narasi
(naration) secara harfiah bermakna
kisah atau cerita. Paragraf narasi bertujuan mengisahkan atau bercerita.
Paragraf narasi acapkali mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi
mementingkan urutan (biasanya kronologis), memiliki tokoh, dan terdapat konflik
di dalamnya. Walaupun tidak tampak tajam, konflik ini merupakan bagian penting
dari sebuah narasi.
Paragraf
narasi bukan hanya terdapat pada karya fiksi (cerpen dan novel) tetapi narasi juga dikenal dalam tulisan
ilmiah, misalnya biografi atau autobiografi dan analisis proses.
Contoh
:
Tahun
1977 Dr. Asvarez dan rekan-rekannya dari universitas California , Berkeley mendapati saesuatu yang
aneh. Ketika sedang meneliti lapisan lumpur di Italia-sebagaimana yang mereka
lakukan di Denmark sebalumnya-mereka menemukan kandungan iridium berkadar
tinggi di antara pembatas dua lapisan lumpur itu. Pada tahun berikutnya kapal
peneliti AS Glomar Challenger Two juga menemukan iridium berkadar tinggi di
perairan New Mexico bagian utara. Bahan yang hanya bisa ditemukan dalam jumlah
sedikit di muka bumi ini diyakini dari pecahan meteorit angkasa luar yang
secara perlahan mengumpul sejak jutaan tahun yang lalu.
3.
Eksposisi
Paragraf
eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan penyuluhan/informasi,
mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar
pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi tepat untuk menyajikan
pengetahuan/ilmu baru, definisi, pengertian, langkah-langkah, metode, cara dan
proses. Sebagian besar buku teks dan pelajaran berbentuk eksposisi.
Contoh
:
Rokok,
alkohol, dan narkotika adalah tiga jenis bahan yang sama-sama dapat
mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikhis para pemakainya, walaupun dengan
kadar yang berbeda-beda. Penggunaan salah satu dari ketiganya dalam waktu yang
lama, sering, dan terus menerus dapat menimbulkan kebiasaan dan meningkat
menjadi ketagihan. Zat-zat kimia yang dikandung oleh rokok, alkohol, dan
narkotika akan mempengaruhi metabolisme tubuh manusia dan menimbulkan
ketergantungan dan kebutuhan fisik. Zat-zat yang menimbulkan ketergantungan
fisik ini disebut zat adiktif.
4.
Argumentasi
Istilah
argumentasi diturunkan dari verba to
argue (Ing) artinya membuktikan, atau menyampaikan alasan. Paragraf
argumentasi bertujuan menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan
menyampaikan gagasan, ide, pendapat, konsepsi, atau opini penulis disertai data
sebagai bukti dan alasan untuk meyakinkan pembaca atas kebenaran gagasan itu.
Dengan argumentasi penulis berusaha mempengaruhi jalan pikiran pembaca agar
menerima kebenaran yang dikemukakannya. Proses dalam sebuah sidang peradilan
merupakan salah satu contoh perbantahan dan adu argumentasi antara jaksa
penuntut dan pembela. Kedua belah pihak ingin membuktikan kebenaran menurut
versi masing-masing dengan membawa barang bukti, menghadirkan saksi, dan
pengakuan terdakwa atauy yang berperkara sebagai alat untuk meyakinkan hakim
agar mengambil keputusan seperti yang diinginkan masing-masing pihak. Simpulan
merupakan salah satu ciri argumentasi.
Contoh
:
Masih ada solusi yang baik untuk mengatasi polemik kapal
ikan di perairan kita. Penambahan
jumlah kapal besar di perairan Sulawesi, Maluku, dan Irian tidak perlu diikuti
dengan pemindahan kapal kecil ke wilayah lain. Membatasi impor kapal kapal ikan
juga kurang menguntungkan jika kenyataannya wilayah perairan kita memerlukan
tambahan untuk dapat mengeksploitasi secara optimal. Yang terpenting adalah
rasionalisasi jumlah dan ukuran kapal sesuai dangan pemberlakuan wilayah fishing
ground dan fishing base.
5.
Persuasi
Kata
persuasi diturunkan dari verba to
persuade (Ing) yang artinya membujuk atau menyarankan. Paragraf persuasi
merupakan kelanjutan atau pengembangan argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan
gagasan dengan alasan untuk meyakinkan pembaca, kemudian diikuti dengan ajakan,
bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Beda argumentasi dan
persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut.
Argumentasi menitikberatkan sasaran pada logika pembaca sedangkan persuasi pada
emosi/perasaan pembaca walaupun tidak melapaskan logika. Persuasi yang baik
akan diawali atau disertai dengan argumentasi yang baik pula. Sebuah persuasi
tanpa argumentasi akan mirip iklan atau akan menghasilkan paragraf yang
bombastis. Sebuah persuasi dapat berkembang menjadi agitasi dan provokasi.
Contoh
:
Setiap
detik penduduk di bumi bertambah lima jiwa. Bisa dipastikan bahwa pertumbuhan
penduduk yang demikian pesat akan menjadi masalah global. Bumi tempat kita
bermukim ini adalah makhluk terbatas. Mulai dari penyediaan ruang hunian sampai
dengan penyediaan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu,
semua pihak harus sadar akan bahaya tersebut. Di satu sisi kita perlu mengendalikan
pertambahan penduduk dan di sisi lain kita harus berusaha keras mencari
penemuan-penemuan baru untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang tak terelakkan
tersebut.
Sumber :
1.
Alwi,
Hasan. Et al. 2000. Tata Bahasa Buku
Bahasa Indonesia. Jakarta :
Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
2.
Mueliono,
Anton M. (ed). 2004. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
3. Nasucha,
Yakub Drs. M. Hum dkk.2009.Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Yogyakarta:Media Perkasa.
4.
Sumarlam.
Ed. 2007. Analisis Wacana : Teori dan
Praktik. Surakarta : Pustaka Cakra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar